Komentar Pembaca

Terimakasih pak

oleh Abu Ubaidillah (2020-03-28)


https://www.yukampus.com - Perkawinan untuk melegalkan pernikahan beda agama menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Ada yang setuju, tersedia yang menolak. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah meminta supaya Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permintaan ini. Lalu, bagaimana pandangan pemuka agama lain?

Pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bandung Timur, Jerry TP Aruan secara tegas tunjukkan ketidaksetujuannya dengan permintaan uji materi yang diajukan oleh sejumlah alumnus dan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).

“Dari awal aku tidak setuju dengan pernikahan beda agama, maka aku tidak setuju dengan judicial liat tersebut,” ujar Jerry kepada hukumonline melalui sambunga telepon, Rabu pekan seterusnya (10/9).

Jerry tunjukkan sejak awal keberadaan gereja di Indonesia bukan mempunyai hasrat untuk berdiri sendiri dan berada di luar tuntutan pemerintah. Namun, lanjutnya, seumpama merujuk kepada Injil Roma Pasal 13 disebutkan bahwa gereja dan pemerintah kudu bekerja sama.


“Ada otonomi tersendiri di di didalam sebuah gereja, begitu terhitung tersedia otonomi sendiri di di didalam negara yang tidak dicampuri oleh gereja, yang artinya kendati nantinya negara menyetujui pernikahan beda agama, gereja bisa mempunyai sikap untuk menolak,” tegasnya.

“Pemerintah di di didalam tentang ini tidak bisa mencampuri otonomi yang tersedia di di di didalam agama tertentu,” tambahnya.

Menurut Jerry, pernikahan beda agama bagi pemeluk agama Kristen telah tahu hukumnya, yaitu tidak diizinkan. “Pada dasarnya aku berpendapat bahwa secara iman Kristen, pernikahan beda agama itu adalah suatu tentang yang tidak diizinkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jerry tunjukkan bahwa tersedia dua syarat pernikahan di Gereja HKBP. Pertama, telah dibaptis (sesuatu yang telah pasti). Kedua, telah naik sidi atau melalui sistem katekisasi. “Orang yang telah naik sidi dianggap telah dewasa secara Kristen. Artinya, telah mengenal ajaran kekristenan secara matang,” jelasnya.

Begitu terhitung sebaliknya. Seorang bisa selalu dianggap anak-anak meski telah berusia tua seumpama belum melalui naik sidi ini. Ia tunjukkan sistem naik sidi atau katekisasi ini meliputi pendalaman firman Tuhan dan hal-hal yang tentang dengan kehidupan sosial.


Jerry tunjukkan bahwa dua syarat ini berupa absolut. “Karena untuk menikah berikut butuh kedewasaan iman. Tidak cuma bagi yang sudi menikah, bagi mereka yang belum sudi menikah pun butuh katekisasi supaya mereka jadi dewasa di di didalam iman kekristenannya,” tuturnya.

Dua syarat itu berlaku untuk pengantin pria dan perempuan. “Menikah tanpa ke-2 syarat berikut bisa saja, tapi pernikahan berikut tidak diberkati oleh pendeta. Dalam budaya Batak, tersedia yang namanya Pasu-Pasu Raja,” katanya.

Oleh sebab itu, Jerry tekankan bahwa tidak bisa saja terjadi pernikahan beda agama, lebih-lebih di Gereja HKBP. Ia tunjukkan bahwa tentang ini bukan cuma tentang pendeta yang memberkati, tapi terhitung penerimaan umat terhadap pernikahan itu. Secara keimanan, lanjutnya, sebetulnya benada bahwa agama menyembah Tuhan yang satu, tapi pemahaman tentang Ketuhanan itu berbeda-beda.

“Maka mustahil, dua orang yang tidak serupa agama diberkati di sebuah gereja,” ujarnya.

Lalu, bagaimana dengan pernikahan terhadap pemeluk doa minta jodoh kristen Kristen dan pemeluk Katolik?

Jerry menegaskan bahwa Kristen dan Katolik terhitung dianggap tidak serupa agama. “Seorang Katolik yang sudi menikah dengan yang beragama Kristen terhitung kudu dibina pernah tentang agama Kristen Protestan. Ini sebab ajarannya sering kadang tersedia yang berbeda. Ada doktrin-doktrin yang berbeda,” jelasnya.

Namun, lanjut Jerry, untuk orang yang beragama Katolik yang studi agama Kristen Protestan, dia tidak kudu mempunyai pengaruh pernyataan bermaterai sebagaimana halnya bagi pemeluk agama lain. “Ini sebab terdapatnya persamaan ajaran. Perbedaan terhadap Kristen Protestan dengan Katolik tidak sebesar perbedaan dengan agama lain,” tambahnya.


Jerry pun tidak lupa untuk berpesan kepada para pemuda-pemudi Kristen tentang pernikahan beda agama ini. Ia tunjukkan terhadap jaman berpacaran dengan seseorang yang mempunyai iman berbeda, cinta itu cuma manis di mulanya saja. Pandangan pertama itu selalu indah, tapi sementara menjalani kehidupan, mereka bisa beroleh banyak masalah-masalah yang pelik.

“Sulit untuk hadapi masalah-masalah yang pelik jika iman mereka tidak satu,” pungkasnya.